A. Masalah
Salah Kaprah
Salah
kaprah adalah kesalahan yang sudah umum sehingga tidak terasa lagi
kesalahannya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bahasa daerah dan bahasa asing.
Pengaruh yang tidak terseleksi akan menimbulkan kekacauan.
Bentuk Baku Bentuk Salah Kaprah
kualitas kwalitas
ijazah izazah
kabar khabar
B. Bentuk-Bentuk Kata Bersaing Bahasa
Indonesia
Sebenarnya bentuk-bentuk kata bersaing dalam bahasa
Indonesia termasuk masalah salah kaprah dalam berbahasa, adalah suatu kesalahan
yang sudah umum sehingga tidak terasa kesalahannya karena data-data bersaing
itu banyak digunakan dalam masyarakat pemakai bahasa. Agar masalah itu tidak
menggejala, berikut akan diberikan beberapa contoh kata bersaing dan
penjelasannya.
1.
Bentuk merubah atau mengubah
Sesuai dengan kaidah tata bahasa, bentuk yang benar
adalah mengubah. Karna kata mengubah berasal dari kata dasar ubah, lalu mendapat awalan men-menjadi mengubah, sehingga menggandung arti
seperti yang dimaksud. Sedangkan merubah berasal dari kata rubah yang berarti seekor binatang atau hewan sehingga tidak
mengandung arti seperti yang dimaksud.
2. Memanusiakan-manusia dan memasyarakatkan olahraga
Bentukan memamusiakan-manusia
dan memasyarakatkan-olahraga
merupakan kata-kata yang bersifat tidak logis. Kita tahu bahasa itu haruslah
berbentuk logis bukan berbentuk anomali. Kata memanusiakan-manusia adalah suatu yang tidak mungkin karna Tuhan
menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia disertai akal pikiran.
Jadi, kata tersebut seolah-olah manusia itu adalah hewan atau tumbuhan sehingga
perlu diciptakan menjadi manusia.
Sementara memasyarakatkan-olahraga
juga bentuk bahasa yang tudak logis dan anomal, karena secara normal yang dapat
bermasyarakat itu adalah manusia,
bukan benda atau hewan.
3.
Mengetik atau mengketik
Bentuk yang benar adalah mengetik, ditik, mengetikan, bukan mengketik, mengeketikkan, diketik. Kata mengetik berasal dari kata
dasar tik ( mesin tik), bukan ketik (mesin ketik).
4. Bentuk pemimpin dan pimpinan
Bentuk pemimpin dan pimpinan merupakan bentukan yang benar. Keduanya berasal dari kata pimpin. Kesalahan yang hampir sering
terjadi adalah penggunaan kedua kata tersebut. Kata pimpinan menyatakan hasil
dari proses memimpin, bukan menyatakan orang yang memimpin. Kata pimpinan dapat
dinyatakan dalam bentuk jamak ataupun bentuk tunggal seperti contoh berikut.
-
Keamanan
kampung ini mulai kondusif berkat pimpinan
Pak Husin (tunggal)
-
Rapat Pimpinan TNI itu mulai membicarakan cara
mengenai konflik di Aceh (jamak)
Sedangkan kata pemimpin
berfungsi membentuk kata benda dan menyatakan orang yang memimpin, bukan hasil
proses memimpin.
5.
Bentuk
tolak ukur dan tolok ukur
Bentuk yang benar
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tolok
ukur yang berarti patokan, indikator, atau landasan. Sedangkan tolak ukur adalah salah karena tidak
mungkin sesuatu yang sudah ditolak baru diukur.
6.
Bentuk pejabat, penjabat, petinji dan peninju
Bentukan kata penjabat,
pejabat, dan peninju, petinju memiliki arti yang berbeda-beda. Kata jabat dan
tinju memperoleh awalan pe- menjadi pejabat dan petinju.
Sedangkan bentuk
penjabat dan peninju memperoleh awalan pen- menjadi penjabat dan peninju.
7.
Bentuk perajin dan pengerajin
Awalan pe- menyatakan
pekerjaan atau profesi dan menyatakan sifat. Dalam bahasa Indonesia setiap kata
yang diawali dengan fonem /r/, apabila mendapat awalan men- atau pe(N) tidak
pernah mendapat persengauan.
Jadi, bentuk perajin
sama-sama benar jika disesuaikan dengan konteksnya. Kata pengrajin bermakna
orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan yang tidak diolah
dengan mesinmelainkan dengan tangan. Hasil pekerjaan tersebut dinamakan
kerajinan tangan. Sedangkan kata perajin adalah orang yang mempunyai sifat
rajin.
8.
Bentuk ditemukan dan diketemukan
Bentuk yang benar
adalah ditemukan. Kata dasar temu itu
bisa dibentuk menjadi bertemu, menemui,
menemukan, mempertemukan, dipertemukan, ditemui, temukan dan pertemuan.
9. Bentuk dimungkiri dan dipungkiri
Penggunaan yang benar
adalah adalah bentuk dimungkiri, karena kata dasarnya adalah mungkir bukan
pungkir.
10. Bentuk pandangan umum dan pemandangan umum
Bentuk yang benar
adalah pandangan umum bukan pemandangan umum. Bentuk pemandangan
bermakna cara atau proses memendang atau mengamati sesuatu dan hasilnya disebut
pandangan.
11. Bentuk memercayai dan mempercayai
Sesuai kaidah, setiap
kata dasar yang berfonem awal /p/ (bukan merupakan imbuhan). Maka /p/ harus
diluluhkan. Namun perlu diketahui bahwa p-e-r pada kata percaya merupakan imbuhan. Jika bentukan itu disesuaikan dengan
kaidah seharusnya bentukan itu menjadi memercayai.
Bentukan seperti itulah yang dianggap semacam pengecualian dalam bahasa
Indonesia.
12. Bentuk mengkaji dan mengaji
Bila ditinjau dari segi
makna, kedua bentuk itu mempunyai komponen makna yang hampir sama.
Membedakannya adalah objek yang ditelaah atau dikaji. Pada bentuk mengaji,
objek atau sasaran yang dipelajari itu khusus mengenai Alquran.
Sedangkan bentuk
mengkaji, objek atau sasaran yang ditelaah atau dipelajari bukanlah kitab suci,
melainkan bidang ilmu pengetahuan lainnya.
13. Bentuk malapraktik dan malpraktik
Istilah ini terdapat
dalam bidang kedokteran. Bentuk yang benar adalah malapraktik, bukan
malpraktik. Bentuk mal- dalam bahasa
Inggris berarti tidak normal, tidak
memadai, jahat, merugikan, salah, buruk, mencelakakan. Sementara bentuk
mala- Jawa Kuno yang diserap oleh bahasa Melayu, kemudian menjadi bahasa
Indonesia. Untuk mencukupi makna mal (bahasa Inggris) itu dipilih bentuk mala
sebagai padanan kata yang maknanya diperluas menjadi : noda, cacat, merugikan, celaka, sengsara, dan bencana.
14. Bentuk sistem atau sistim
Bentuk sistem dan
sistim sering dikacaukan pelafalannya. Sebenarnya bentuk yang benar
pelafalannya ialah [sistem], buakn [sistim]. Memang, dalam bahasa Inggris system diucapkan [sistim], tetapi dalam
bahasa Indonesia diucapkan [sistem]. Karena /e/ dalam bahasa Indonesia tidak pernah
dilafalkan /i/, begitu juga dengan pelafalan sitematik, bersistem dan
sistematika.
Semoga Bermanfaat
^_^
Sumber :
Ritonga Parlaungan, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Praktis. Cetakan ke-7. Medan : Bartong Jaya.
0 komentar:
Posting Komentar