Lev Vygotsky percaya bahwa anak aktif
dalam menyusun pengetahuan mereka. Ada tiga klaim dalam inti pandangan Vygotsky
1.
Keahlian
kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara
developmental
Maksudnya : memahami fungsi kognitif anak
dengan cara memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke
bentuk selanjutnya.
2.
Kemampuan
kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktifitas mental
Bahasa adalah alat yang paling penting. Menurut Vygotsky masa
kanak-kanak awal, bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk
merancang aktivitas dan memecahkan masalah.
3.
Kemampuan
kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural
Maksudnya
: kemampuan kognitif berasal dari hubungan social dan kultur. Vygotsky
berpendapat bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan
cultural.
Di dalam tiga klaim dasar ini Vygotsky mengajukan gagasan
yang unik dan kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan.
Diantaranya :
Zone of Proximal Development (ZPD)
ZPD adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan
bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Jadi batas bawah dari ZPD
adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas
atasnya adalah tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima
anak dengan bantuan dari instruktur yang mampu.
Vygotsky memberikan contoh cara menilai ZPD anak. Misal berdasarkan
tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah delapan tahun. Menurut Vygotsky,
kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. Kita harus menentukan bagaimana
masing-masing anak akan berusaha menyelesaikan problem untuk anak yang lebih
tua. Kita membantu masing-masing anak dengan menunjukkan, mengajukan
pertanyaan, dan memperkenalkan elemen awal dari solusi. Dengan bantuan dari
orang dewasa, salah satu anak dapat memecahkan masalah yang sesungguhnya untuk
level anak yang 12 tahun, sedangkan anak yang satunya memecahkan masalahuntuk
level anak Sembilan tahun. Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja
yang mereka capai dengan bekerkasama dengan orang dewasa akan mendefinisikan
ZPD. Jadi ZPD melibatkan kemampuan
kognitif anak yang berada dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja mereka
dengan bantuan orang yang lebih ahli.
Contoh, seperti saat saya membantu adik saya mengerjakan tugas rumahnya membuat burung dari origamai. Karena adik saya ini tidak tahu bagaimana cara membuatnya, jadi saya bantu dia. Saya ajari dia cara melipatnya sampai menjadi burung. Karena bantuan saya, adik saya kini bisa membuat burung dari origami. Selamat adek ^_^
Contoh, seperti saat saya membantu adik saya mengerjakan tugas rumahnya membuat burung dari origamai. Karena adik saya ini tidak tahu bagaimana cara membuatnya, jadi saya bantu dia. Saya ajari dia cara melipatnya sampai menjadi burung. Karena bantuan saya, adik saya kini bisa membuat burung dari origami. Selamat adek ^_^
Scaffolding
Scaffolding adalah dukungan temporer yang diberikan oleh
orang tua, guru atau yang lainnya kepada anak untuk melakukan sebuah tugas
sampai si anak dapat melaksanakannya seorang diri. Ketika tugas yang dipelajari oleh murid adalah tugas baru, maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan menggunakan intruksi langsung. Saat kemampuan murid meningkat, maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Contoh, Saat saya ingin mengajari keponakan naik sepeda. Karena masih baru, jadi saya ajak keponakan saya berlatih ditempat yang datar terlebih dahulu. Saya membantu dia menjaga keseimbangannya. Awalnya kedua tangan saya membantunya ikut memegang setang sepeda. Lalu saya minta dia mengayuh sepedanya perlahan. Karena masih baru jadi saya juga harus membantunya menjalankan sepeda dengan cara mendorong sepedanya. Seperti yang dicontohkan gambar dibawah ini. ( yang di bawah ini bukan saya atau keponakan saya yaa Hihihi )
Contoh, Saat saya ingin mengajari keponakan naik sepeda. Karena masih baru, jadi saya ajak keponakan saya berlatih ditempat yang datar terlebih dahulu. Saya membantu dia menjaga keseimbangannya. Awalnya kedua tangan saya membantunya ikut memegang setang sepeda. Lalu saya minta dia mengayuh sepedanya perlahan. Karena masih baru jadi saya juga harus membantunya menjalankan sepeda dengan cara mendorong sepedanya. Seperti yang dicontohkan gambar dibawah ini. ( yang di bawah ini bukan saya atau keponakan saya yaa Hihihi )
Karena sepertinya dia sudah bisa menyeimbangkan sepedanya
dengan bantuan dua tangan saya. Saya melepas satu tangan saya. Jadi hanya satu tangan saya yang
membantunya memegang setang sepeda. Tangan yang satunya lagi memegang ujung tempat duduk belakang. Nah karena dia sudah menunjukkan keseimbangan yang lumayan konstan, maka saya melepas tangan yang memegang setang sepeda. Jadi saya membantunya dengan memegang ujung tempat duduknya dengan dua tangan. Tahap selanjutnya saya membantu dengan satu tangan yang memegang tempat duduk bagian belakang. Karena dia sudah mahir hanya dengan satu tangan yang membantunya, maka saya tidak memegang tempat duduk bagian belakangnya lagi. Tapi tetap berada di dekatnya untuk mengawasinya sampai dia benar-benar mahir bermain sepeda. Seperti gambar dibawah ( yang di bawah ini juga bukan saya atau keponakan saya yaa Hehehe )
Bahasa dan Pemikiran
Vygotsky percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri.
Contoh, saat teman saya bertanya akan suatu hal, maka saya akan memberi penjelasan kepadanya. Nah disini saya menggunakan bahasa agar dapat dimerngeti dan dipahami oleh teman saya dan saya juga mengunakan pemikiran agar pertanyaan teman saya dapat saya jawab dan dapat saya jelaskan sehingga dia menggerti.
Semoga bermanfaat ya ^_^
Kelompok 13
Nama Anggota :
Dessy Awallia (13-020)
Safira Salsabila ( 13-040)
Mutia Lestari (13-070)
Dwi Clara (13-116)
Dessy Natalia (13-130)
Nama Anggota :
Dessy Awallia (13-020)
Safira Salsabila ( 13-040)
Mutia Lestari (13-070)
Dwi Clara (13-116)
Dessy Natalia (13-130)
Sumber:
Santrock,
John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Cetakan ke-5. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Papalia, Diane E., et al. 2008. Human Development Edisi Kesembilan. Cetakan ke-2. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group